Jakarta - Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji merekomendasikan beberapa pemegang saham atau investor pada perusahaan punya Lippo Grup untuk terus memonitor perubahan masalah suap perizinan megaproyek Meikarta yang sekarang disidik Komisi Pembasmian Korupsi atau KPK.
Simak juga: Ini Progress Pembangunan Project Meikarta Selesai OTT KPK
Nafan minta investor untuk wait and see tentang gerakan saham punya group Lippo. Nantikan beberapa sentimen positif ada untuk yang akan datang. Jadi investor harus sabar sebab masalah suap Meikarta masih berjalan, hold ya, kata Nafan saat dihubungi Tempo, Jumat, 19 Oktober 2018.
Mengenai, berdasar pengamatan Tempo, tempo hari, beberapa saham perusahaan punya Lippo Group sudah mulai alami revisi semenjak Selasa lalu, satu hari sesudah KPK tangkap serta memutuskan Bupati Bekasi Neneng Hassanah Yasin jadi terduga masalah sangkaan suap dari Direktur Operasional Lippo Grup, Billy Sindoro. Tempo hari, berita pemeriksaan rumah bos Lippo, James Riady, diikuti dengan tindakan jual beberapa saham emiten group ini.
Saham PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK), yang disebut induk usaha pengembang Meikarta PT Mahkota Sentosa Penting (MSU), statis pada level 1.330. Walaupun demikian, saham PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR)—induk LPCK—bergejolak semenjak perdagangan dibuka sampai ditutup dengan negatif 4,86 % jadi 274.
Kemerosotan merambah ke emiten Lippo yang lain. Saham PT Multipolar Tbk (MLPL) terjun bebas sampai 6,82 % jadi Rp 82 per lembar saham. PT First Media Tbk (KBLV) turun 2,56 % jadi Rp 456. Pada bidang retail, PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) serta PT Matahari Putra Sempurna Tbk (MPPA) semasing terjerembab sampai 4,07 % serta 3,95 %.
Keadaan sama dirasakan saham PT Bank National Nobu Tbk (NOBU) serta PT Siloam Hospitals Tbk (SILO). Walau tipis, saham PT Link Net Tbk (LINK) adalah hanya satu saham Group Lippo yang naik 0,7 % jadi Rp 4.300 per saham.
Selain itu, Analis CSA Research Reza Priyambada menjelaskan jika masalah suap dalam perizinan project Meikarta memang memberikan sentimen negatif pada saham punya Lippo Group. Karenanya menurut Reza, faksi manajemen harus memberi info pada beberapa investor tentang masalah itu sekaligus juga menerangkan kelangsungan pembangunan project.
Dapat disaksikan jika pengakuan faksi Meikarta belum cukup untuk membantu naikkan keyakinan investor pada saham-saha. berkaitan property mereka. Seperti ada yang masih dinanti aktor pasar, khususnya riil progress pembangunan Meikarta, kata Reza saat dihubungi Tempo, Jumat, 19 Oktober 2018.
Walau demikian, Reza menerangkan proses hukum serta perkembangan pembangunan ialah dua hal yang berlainan. Karenanya, walau Group Lippo tengah terlilit masalah hukum, asal tidak menganggu jalanya perkembangan pembangunan project harusnya tidak menganggu kapasitas.
Karenanya, Reza merekomendasikan agar investor untuk terus memerhatikan perubahan masalah itu. Buat investor yang fokus periode panjang, kata Reza, dapat diamati dahulu penyelesaian masalah ini pada kapasitas serta perkembangan proyek-proyek yang ada. Sedang buat investor periode pendek dapat manfaatkan pelemahan untuk masuk pada level tersendiri serta ambil keuntungan waktu ada kenaikan.
Kuasa hukum PT Mahkota Sentosa Penting (yang mengerjakan project Meikarta), Denny Indrayana, menjelaskan client-nya akan bertanggungjawab dalam pembangunan Meikarta. PT Mahkota adalah anak usaha PT Lippo Karawaci, dibawah Lippo Grup, yang membuat project sejumlah Rp 278 triliun itu.
“PT MSU akan bertanggungjawab serta terus berupaya penuhi kewajiban-kewajiban perusahaan yang lain yang terkait dengan pembangunan di Meikarta,” tuturnya.
LARISSA HUDA
"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar